Belajar darinya

5:13 AM

Dia agak sedikit gila menurut saya. Gila belajar maksudnya. Kalau katanya, dia orangnya ga ada serius-seriusnya. Ah, masa sih? Ga percaya saya. Gimana saya bisa percaya dia bukan orang yang serius dalam belajar kalau begadang sampai pagi buat belajar, tiap saya datang ke kamar dan dia ada di dalam, pasti lagi sibuk sama lepinya. Konsentrasi. Kadang bahkan sampai minta maaf segala kalau ga bisa ngobrol dulu, saking konsennya. Menurut saya, selain gila belajar, dia juga serius dan sensitif banget. Semuanya detail. Dia orang kedua yang saya temui yang sejenis ini. Orang pertamanya ya siapa lagi kalau bukan Aphie :D. Kontras banget deh sama saya, meski orang-orang bilang saya kerajinan (ga bener itu :P), konsentrasi belajar saya tergantung mood. Beda sama doi, doi mah lanjut!

By the way, saya banyak belajar darinya. Kami berbeda jauh, saya seorang muslim, dia bukan. Saya yang katanya gentle alias kalem, dan dia yang strong alias sanguin, menurut saya. Dia yang super detail, dan saya, yang kata sahabat-sahabat lain bilang, terlalu mendetail, lah.. kebayang kan gimana dia? Dia yang lebih tua dari saya, lebih dewasa, lebih bijak, meski kadang kami juga ga selamanya sama, alias ga sepaham. Kadang berantem, karena beda pendapat, dan itu wajar saja. Namanya juga hidup, manusia kan ga ada yang sempurna. Dia termasuk unik dan langka, kalau boleh dibilang. Kadang emosinya meledak-ledak, dan saya suka bingung gimana nenanginnya. Pun, karena bahasa inggris saya masih terbata-bata, kadang saya sulit menjelaskan dengan detail, dan itu yang bikin dia bingung. Coba kalau pake bahasa, lancar insyaAllah. 

Darinya, saya belajar arti toleransi antarumat beragama yang sesungguhnya. Saya sangat bersyukur, Allah mempertemukan saya sama dia, walaupun kadang dia ga ngerti saya juga, hahaha. Dia sangat menghargai islam, dan dia bilang baru nemu muslim yang rajin banget ibadahnya dan sangat mencintai tuhannya. Wkwkwkwkw.... alhamdulillah kalau Allah menutup aib saya dan menunjukkan kebaikan padanya. Padahal mah aslinya jauh banget, la wong selama di sini saya ngerasa makin jauh, ibadah saya ga sekenceng di Indonesia. Ya wajar sih, kalau di rumah kan mau sholat, ngaji, pengajian, bebas-bebas aja. Nah, kalau di sini, berhubung islam sebagai minoritas, jadi kitanya yang nyesuaiin, apalagi tinggal di negeri orang yang kebanyakan atheisnya. Salah-salah bisa diartikan lain sama mereka, hehe.

Ok, back to dia. Kadang saya suka malu sama dia, dia terlalu baik sama saya, dan saya belum bisa bales. Ah, walau kadang saya ngerasa kalau dia terlalu over protektif sama saya. Sebagai kakak, mungkin. Tapi saya seneng, akhirnya bisa ngerasain punya kakak perempuan, sekaligus sahabat yang irreplaceable. Tulisan ini pun saya dedikasikan buat dia, yang sudah memberi pelajaran banyak buat saya, dan insyaAllah akan saya lanjutkan tiap hikmah yang saya dapat darinya.

Darinya,
saya belajar memahami orang dengan karakteristik unik
saya belajar memahami hidup dari sisi berbeda
saya belajar lebih serius dalam belajar ilmu pengetahuan, meski nyatanya masih tergantung mood, hehe
saya belajar meleburkan diri dengan lingkungan dan memahami satu per satu
saya belajar mengikuti peraturan, yang kadang saya ga suka
dan masih banyak lagi,
insyaAllah saya tuliskan per kisahnya,

selamat pagi semua, 
semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin,
aaamiiin....


You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe