BERPIKIR TENTANG HATI MANUSIA

7:39 AM

Manusia memanglah makhluk yang aneh. Di dalamnya ada sekerat daging yang
jika dia baik maka baik pula seluruhnya. Sebaliknya jika sekerat daging itu
jelek maka seluruhnya menjadi jelek pula. Dialah hati. Jadi hati adalah
semacam centre of activities. Kita harus hati-hati benar terhadap pengaruh
yang ditimbulkan hati ini. Dia bisa terbolak balik, kadang menjadi sangat
bagus, akan tetapi kadang pula menjadi sangat jelek. Sifat-sifat egois, mau
menang sendiri, ambisius adalah sifat-sifat dari hati yang kadang tanpa
kita sadari bukannya kita berusaha untuk mengendalikannya akan tetapi
justru kita yang terkendalikan. Dan sejauh mana kita berusaha untuk
mengendalikan hati ini, maka sejauh itu pula kita diberi reward ataupun
punishment dari Allah berupa pahala dan dosa. Tentunya dengan kelipatan
sesuai dengan Maha Pengasih dan PenyayangNya.

Satu hal yang perlu kita ingat, (tentunya dengan tanpa berusaha menafikan
takdir dan kekuasaan Allah), bahwa kita bisa mengendalikan hati. Baik itu
hati kita sendiri maupun hati orang lain. Cobalah anda olok-olok seseorang.
Jika dia tersinggung, itu telah menunjukkan kepada kita bahwa kita telah
berhasil mempengaruhi hatinya. Coba pula anda sanjung seseorang. Jika dia
merasa bangga dan senang, itu pula telah menunjukkan bahwa hatinya telah
kita pengaruhi. Coba pula membaca buku yang sangat menyentuh perasaan, jika
anda ikut larut maka sudah terpengaruhlah hati anda. Cobalah untuk
merenungi suatu peristiwa, jika anda ikut larut maka sudah terpengaruh
pulalah hati anda. Indikasinya adalah perubahan  dari semula pada posisi
tertentu menjadi posisi yang lain. Jika dianalogkan dengan gaya, maka
resultannya telah berubah. Sudah tidak pada posisi semula.
Dalam konsep Islam, untuk merubah seseorang menjadi sesuai dengan keinginan
kita, maka seranglah hatinya. Dia akan tidak berkutik lagi. Jika hatinya
sudah kena, maka dengan segala kesadaran dia akan mengikuti apapun yang
kita inginkan, meski sinyalemen ini tidak sepenuhnya teruji, karena di sana
masih ada akal pikiran yang turut mempengaruhi juga. Korelasi antara hati
dan akal pikiran sangatlah kuat dan besar, utamanya bagi mereka yang
lumayan intelek.
Berikut pembahasannya.
Orang bisa saja memerintah seseorang dengan kekuasaannya terhadap seseorang
untuk mengikuti apa yang dikehendakinya. Akan tetapi perintah itu hanya
akan dia laksanakan karena keterpaksaan, mungkin karena takutnya akan
diambil sebagian haknya, ex: nyawanya, anaknya, kelangsungan hidupnya,
ataupun apapun yang dia merasa mencintainya. Konsep ancaman (kalau boleh
saya katakan demikian, red) yang coba untuk dia terapkan seperti itu tidak
akan langgeng. Kekuasaan atas orang lain baginya hanya akan selintas saja.
Begitu ada kesempatan untuk melepaskan diri dari itu maka orang lain itu
akan segera berusaha untuk lepas.
Islam berbeda. Untuk mendapatkan kekuasan atas orang lain(mengendalikan),
harus ditaklukkan sisi hati dia yang terdalam. Yang mana sisi ini tidak
akan bisa di lawan begitu saja oleh sisi hati yang lain (yang tentunya
lebih luar), karena memang sisi inilah yang bertalian langsung dengan Sang
Penciptanya. Yakni sisi keinginan untuk mencari kebenaran dari Tuhannya,
Sang Penciptanya. Sisi pencarian kepada Tuhan.
Ketika hati sudah membenarkan apa yang  kita sampaikan, maka disitulah
dirinya sudah kita dapatkan. Akan tetapi dapatnya kita atas dia itupun
sesungguhnya bukanlah murni hasil kita, akan tetapi adalah kepunyaan Sang
Pencipta, karena dengan cara yang Dia tetapkanlah kita mendapatkan hatinya.
Jadi follow up dari usaha kita itupun harus dengan menggunakan syariatNya.
Ketika sudah ada perasaan ini adalah usahaku, maka disitu pula kita sudah
melenceng dari syariatNya, karena tuntunanNya tidaklah demikian.
Bahwa hidayah itu dari Dia. Ketika sudah ada perasaan dalam diri kita untuk
memanfaatkan keuntungan ini untuk diri sendiri, maka disitu pulalah kita
sudah jatuh dan menjadikan indikasi awal kejatuhan kita ke lembah yang
lebih dalam lagi pada waktu-waktu selanjutnya. Karena sesungguhnya tidak
ada kekuasaan manusia atas manusia yang lain. Sesungguhnya satu-satunya
yang berhak menebar kekuasaan  atas makhluk hanyalah Dia. Usaha kita untuk
menebar pengaruh atas manusia harus dalam koridor menebar syariatNya, agar
tidak menjadikan jatuhnya kita. Hanya dengan inilah akan tercapai
kebahagiaan hakiki, karena inilah yang sesuai dengan hati nurani kita
maupun hati nuraninya(yang kita pengaruhi).
Nah, jalan untuk mendapatkan hatinya itupun harus menggunakan lorong
pikiran dia. Yakni alam pikiran yang sesuai dengan alam pikirannya. Karena
Allah menciptakan akal pikiran pada manusia adalah sebagai alat untuk
mencapai ma'rifat(mengenal) kepadaNya. 
Rasulullah mampu mendapatkan begitu banyak pengikut yang selalu setia untuk
mendampinginya meskipun nyawa adalah taruhannya. Karena mereka tahu bahwa
apa yang dibawa oleh Rasulullah adalah kebenaran. Sebuah ajaran yang akan
menghubungkan dia dengan Tuhannya. Ini sudah mereka rasakan. Tidak akan
mungkin seseorang dengan tanpa tipu daya dari setan(musuh yang nyata bagi
manusia) mampu mempengaruhi dan mengendalikan manusia. Akal mampu melogika,
lalu membenarkan. Karena sesungguhnya apa yang dibawa oleh Rosulullah
adalah kebenaran yang datang dari Sang Pencipta dan Pengatur atas hambaNya
(yakni hambaNya yang bernama manusia) yang mana pasti sesuai dengan hati
dari manusia tersebut, karena Dia pulalah yang sudah mensetting hati
manusia ini dengan apa yang akan Dia risalahkan kepada nabiNya, Muhammad.
Bahkan seorang kafir sekalipun sebenarnya mengakui akan kebenaran Al 
Islam. Akan tetapi dia tetap saja tidak bergeming untuk mengimani itu
karena potensi hatinya yang lain, yakni hawa nafsunya telah tersalurkan
kepada hal yang salah tanpa dia berusaha untuk mengendalikannya ke arah
kebaikan dan Nur Ilahi. Karena dia  tidak berusaha untuk itu maka setanpun
senang dan menungganginya dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan sesaat
dengan membumbu-bumbuinya dengan segala rasa, sehingga akhirnya mampu
menjerumuskannya ke lembah kecelakaan, na'udzubillah tsumma na'udzubillah
min dzalik.
Untuk menaklukkan hati manusia sebenarnya gampang saja. Seseorang dengan
memberikan perhatian kepada seseorang, lambat laun akan takluk juga
hatinya. Ini fitrah hati.
Seorang murabbi hendaknya memaksimalkan potensi ini dalam rangka merebut
dan menguasai hati anak buahnya untuk ber-Islam secara kaffah. Sesudah itu
hendaknya pula janganlah sampai si murabbi terkena ambisi pribadi untuk
mengarahkan anak buahnya itu sesuai dengan kemauannya, akan tetapi
hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Allah melalui petunjuk
dalam Al Qur'an yang mulia. Karena kalau sampai dia berbuat demikian(dengan
ambisi pribadinya), maka inilah indikasi awal kejatuhannya. Penguasaan atas
si anak buah menjadi tidak atas koridor ajaranNya. Menjadikan tidak
singkron lagi dengan hati nuraninya. Si anak buah yang sudah tersibghoh
Islam itupun bisa-bisa lari. Karena mulai menemukan kejanggalan.
Seorang pemuda dalam rangka untuk mendapatkan gadis yang dicintainya
biasanya banyak menggunakan trik "perhatian" ini untuk menaklukkan hati si
wanita pujaannya itu. Memberikan bunga, surat-surat godaan, selamat, bahkan
sampai dengan seringnya menelepon adalah bentuk-bentuk dari perhatian itu.
Dan lama kelamaan jika dari sononya si gadis itu memang lemah hatinya, maka
dengan gampang saja akan terpikat. Akan tetapi jika hatinya kuat(ketahanan
yang bagus), si pemuda harus dengan tenaga ekstra untuk mendapatkannya.
Perlu perhatian dengan trik-trik khusus. Harus tahu ilmunya.
Akan tetapi satu hal yang harus diperhatikan pula dari kasus ini adalah
motivasi. Dalam kasus di atas, seorang pemuda yang kurang tersibghoh dengan
agama(Islam), maka motivasi dia mengejar-ngejar gadis idamannya adalah
bukan karena Allah semata. Bisa jadi karena kecantikannya, hartanya,
popularitasnya dsb. Atau bahkan bisa jadi pula hanya demi untuk mengejar
trend dan budaya yang berkembang saat itu, misalnya saja budaya pacaran.
Takut akan dikatai tidak laku jika tidak pacaran. Hal ini malah sama saja
dengan bunuh diri baginya. Karena hal ini tidak akan singkron dengan hati
nuraninya(sisi hati yang sesuai dengan syariat Allah). Mungkin bisa jadi
tetap saja diterima oleh si gadis. Akan tetapi jelas penerimaan si gadis
itu pasti bukan atas dasar hati nuraninya akan tetapi mungkin saja karena
nafsu belaka. Karena ketampanan si pemuda, misalnya, atau kegagahannya,
hartanya dsb. Dan hubungan laki-laki dan perempuan semacam ini tentu tidak
akan menghasilkan kebahagiaan hakiki karena tidak sesuai dengan yang
dikehendakiNya. Hanya kebahagiaan sesaat. Kebahagiaan jangka pendek. Lalu
muspro hilang entah kemana kebahagiaan itu. Jangankan sampai akhirat, di
dunia saja mungkin belum begitu lama saja sudah hilang. Lihatlah perceraian
yang begitu ngetrend di kalangan selebritis.
Maka dari itu hendaknya dalam kasus seperti ini, dalam mengejar(berburu)
gadis atau pemuda(maaf, jika bahasanya terlalu kasar, red), hendaknya hanya
untuk mecari ridho Allah semata. Jika Allah ridho maka tidak akan ada
ganjalan yang berarti untuk ditaklukkan. Justru menjadi suatu tantangan
tersendiri baginya yang dimotivasi  langsung oleh Allah dalam Al Qur'an
dengan "Kuntum Khoiru ummah...".pasti mampu mengatasi semuanya. Jadi
menjadikan dirinya mendapatkan dorongan semangat tersendiri dari Allah.
Menjadikan dirinya merasa benar-benar diperhatikan oleh Sang Pecipta dan
Pengatur segala kebutuhannya.
Soal kecocokan dalam sifat dan sikap yang lainnya itu tentu tidak lepas
dari ketentuan Allah yang lain, yakni: jodoh itu sudah ditetapkan atas tiap
seseorang. Jadi ini adalah peranan yang sangat penting pula dalam jadi
ataukah tidak jadi dengan seseorang yang diidamkan.
Jadi untuk memperbesar peluang kita dalam bercita-cita untuk mendapatkan
kekasih yang istiqomah dijalanNya, hendaknya gunakan pula cara-cara yang
sesuai dengan yang dikehendakiNya. Jangan sekali-kali terpengaruh dengan
cara-cara yang tidak ada sumbernya dari ajaranNya. Jangan pernah berpikir
yang penting dapat dulu, baru kemudian agama bisa diupgrade nantinya, bisa
sama-sama taubat. Adalah pemikiran konyol. Demikian juga sebaliknya, jika
ingin mendapatkan gadis yang tidak berusaha istiqomah di jalanNya(mungkin
hanya karena keinginan akan kecantikannya, hartanya dsb), maka jangan
gunakan caraNya. Tidak akan pernah nyambung.
Tapi satu hal yang perlu diingat bahwa di luar keistiqomahan di jalanNya
itu, semuanya tidak akan pernah membawa kebahagiaan hakiki kepada kita baik
di dunia maupun di akhirat. Suami istri yang menjalani pernikahan tanpa
atas dasar cinta kepadaNya, jika bahagia hanyalah kebahagiaan sesaat. Dan
ancaman bubar itu akan selalu bergelayut di atap rumah mereka.
Wahai para pemuda dan pemudi yang ingin menikah, tunaikanlah keinginan
kalian melalui cara yang sesuai dengan syariatNya.
Dengan menancapkan keinginan hanya kepada apa yang disukai Allah maka
segalanya akan beres. Karena pada dasarnya itulah yang sesuai dengan hati
kita yang paling dalam dan suci, yakni hati nurani. Karena hati nurani
pasti sesuai dengan syariat Islam karena memang sudah disetting untuk itu.
Mungkin hanya kadang-kadang hati nurani ini terlalu banyak tertutupi oleh
hawa nafsu yang tidak kita kendalikan sehingga menghalangi cahayaNya untuk
masuk dan bereaksi dengan hati nurani ini. Jadi kendalikankanlah hawa nafsu
sesuai dengan hati nurani dan cahayaNya. Dihancurkan dari luar dan dalam.
Jika cahayaNya telah bereaksi dengan hati nurani ini, maka sungguh akan
tercapai suatu perpaduan yang akan menimbulkan kekuatan yang luar biasa
yang akan mampu menghancurkan apapun juga yang tidak sesuai dengan apa yang
diperintahkan oleh Allah. Menjadikan manusia yang memperoleh reaksi ini
tanpa punya rasa takut kepada apapun juga. Dia hanya tunduk dan patuh
kepada Tuhannya.
Pesan terakhir:
ISTIQOMAHLAH DI JALANNYA. BERHATI-HATILAH AKAN KEINGINAN HAWA NAFSU. JALANI
HIDUP SESUAI DENGAN SYARIATNYA. TEGUHKAN HATIMU DI SANA, LALU BERTAWAKALLAH
KEPADANYA. Wallahu a'lam bishowab.


artikel ini dikirim  oleh "Realname" (Redaksi Milis DT)

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe