Motivation Books, Recommended Books!

9:34 AM


Sebuah buku yang subhanallah sekali menurut saya. Meskipun menceritakan profesor yang beragama Yahudi, tapi cukup bisa memberikan pelajaran dan banyak hikmah yang bisa kita ambil. Buku ini benar-benar keren! Saya jadi lebih menghargai orang tua saya, guru-guru saya, dosen-dosen saya, teman-teman saya, kaluarga saya, orang-orang terdekat saya, orang-orang yang mencintai saya, dan juga orang-orang yang saya cintai. 
Berikut resensi sedikit yang saya ambil dari blog teman yang suka baca juga, habis susah nyari di wiki yang eye catching. 


Buku ini merupakan kisah nyata yang dialami Mitch dengan mantan dosennya, Prof. Morrie Schwartz. Ketika masih kuliah, Mitch mengagumi Morrie sebagai dosen Sosiologi yang jenius, namun ketika sudah jadi seorang pengusaha sukses yang selalu sibuk, Mitch sekali lagi mengikuti kuliah Morrie. Kali ini tempatnya di rumah Morrie, waktunya setiap Selasa, mata kuliahnya: tentang kehidupan, kematian, dan cinta…
Ketika kuliah dulu Mitch sangat dekat dengan dosennya, Morrie. Mereka sering berdiksusi bersama di kafetaria kampus, dan sering menggarap proyek bersama juga. Ketika acara wisuda, Mitch memeluk Morrie sambil mengucapkan salam perpisahan dan berjanji akan saling kontak, karena pada dasarnya Mitch dan Morrie saling menyayangi 
Setelah itu Mitch mulai memasuki pusaran kehidupan yang sebenarnya, dan mulai jauh meninggalkan masa lalunya dan melupakan janjinya. Ia akhirnya menjadi seorang kolumnis yang cukup sukses dan sangat sibuk. Ia sudah hampir melupakan sosok Morrie, kalau saja ia tidak secara sengaja memencet sebuah channel televise yang sedang menayangkan reality show, persis pada saat si pembawa acara berkata “….Siapakah Morrie Schwartz…?”, dan membuat Mitch langsung mati rasa… 
Morrie yang kini telah berusia tahun didiagnosis menderita ALS, yaitu penyakit yang menyebabkan satu persatu organnya lumpuh. Berawal dari kaki, dan selanjutnya merambat makin ke tubuh bagian atas, dan bila kelumpuhan itu melanda jantung dan paru-parunya, maka si penderita akan meninggal. Semua proses itu bisa berlangsung cepat, namun bisa juga amat lambat. 
Maka kenanganpun berkelebat di benak Mitch, yang mendorongnya untuk mengunjungi mantan dosen kesayangannya itu. Dan…bukan main gembiranya Morrie dapat berjumpa kembali dengan Mitch di rumahnya yang sederhana. Mitch dalam usia puncaknya, 30 tahunan, sedang sibuk menapaki karier sebagai kolumnis olah raga di harian terkemuka, berkenalan dengan para selebriti olah raga dan hidupnya selalu sibuk. Morrie, di usia tua dengan tubuh makin ringkih, di desa yang tenang, dan kedamaian hidup merupakan keutamaan baginya. Kedua sosok yang berbeda itu kini memutuskan untuk membuat sebuah proyek besar yang terakhir. 
Morrie akan memberikan 'kuliah'nya di rumah. Mahasiswanya hanya Mitch. Kurikulumnya mengenai bagaimana kita menjalani hidup, dan menghadpi kematian. Sumbernya dari pengalaman pribadi Morrie, tempatnya di ruang kerja atau kamar tidur Morrie, waktunya setiap hari Selasa. Tuesdays with Morrie... 
Setiap Selasa Mitch menyaksikan bagaimana kesehatan Morrie semakin memburuk. Awalnya ia hanya tak bisa berjalan, harus duduk di kursi roda, lambat laun ia harus terbaring di ranjang dan harus memakai kateter. Ditambah pula dengan penyakit paru-paru yang sangat mengganggu. Namun di tengah penderitaan fisik itu, pikiran dan perasaan Morrie tetap tak terganggu, ia tetap bersemangat dan tetap bisa mensyukuri apa yang (masih) ia miliki. 
Salah satu pelajaran berharga dari Morrie adalah, bahwa begitu kita tahu kita akan mati, saat itulah kita belajar bagaimana harus hidup. Maka Morrie ingin mengajarkan pada kita semua rahasia hidup itu, agar kita tak perlu harus sekarat dulu untuk menyadarinya, di mana kemungkinan sudah tak ada waktu untuk melakukannya. 
Dari Morrie kita belajar bagaimana cara menerima rasa sakit sekaligus menyisihkannya dari pikiran kita, sehingga kita dapat berkonsentrasi pada hal lainnya. Kita juga belajar bagaimana menghadapi kematian yang akan datang tanpa rasa takut. Kita belajar untuk memanfaatkan waktu lebih banyak untuk memberi perhatian pada orang-orang yang kita cintai, darpada pada uang dan karir. Kita belajar untuk menunjukkan rasa cinta dan penyesalan kita, untuk tidak menunda-nundanya hingga mungkin saja momen itu akan terlewatkan.
Membaca buku ini memang harus penuh perasaan, tidak hanya menggunakan akal, tapi pikiran dan juga hati... buku ini membuka mata saya, dan saya pun tersadar. Membaca buku ini mengingatkan saya ketika ibu menyuruh2 saya mengurus simbah. Memang waktu itu simbah sudah parah banget, dan saya sempat kesal, kok saya terus yang disuruh2? kenapa bukan adek saya? pikir saya dulu. Tapi ternyata, buku ini sekali lagi membuka mata saya. Tidak sia-sia ibu saya mengajarkan saya bagaimana mengurus orang tua. Buku ini benar-benar menggambarkan dan mengingatkan saya akan kejadian nenek saya yang dulu sekarat. Buku ini membuat saya lebih menghargai semuanya, menghargai hidup, dan menghargai akan datangnya kematian. Subhanallah sekali... thanks to Cut Aja Asri yang udah minjemin bukunya, tanpa buku ini saya belum tentu mendapat pencerahan....


buku ini saya dapatkan dari sahabat saya: DINA MEIDIANTI yang mengirimkan plun membelikan! ga nyangka aj, surprise dibeliin buku, cz saya memang hobi baca!
hehe...syukron katsiron din....
buku ini bersamaan dengan "Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin" sangat menginspirasi!
Notes from Qatar.. menceritakan sedikit banyak pengalaman seorang pemuda yang subhanallah!
Semoga saya bisa mengikuti jejaknya!
so inspirative! 
berbekal “Positive, Persistence, dan Pray” yang membuat saya semakin yakin akan kebesaran-Nya, dikemas dengan bahasa sederhana yang bisa dimengerti siapa saja, tak peduli mau Islam maupun bukan, buku ini really RECOMMENDED dibaca!

buku ini ditulis oleh seorang pemuda muslim yang memegang teguh iman dan islam, sekalipun ia belajar di luar negeri. 
memberikan fresh opinian, memberi penyegaran baru bagi pemuda dan bangsa Indonesia!
memberi nuansa baru buat seluruh umat Islam, keren!
teruslah menulis, membuat kita semakin yakin dan percaya!

ini link penulisnya, hehe....

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe