Catatan Harian Zara-Veer: April 2013

Ngeramen bareng teman-teman kantor :)

, by Unknown

Perjalanan ke Jogjakarta [cerita dua minggu yang lalu]

Seharusnya saya sudah memposting cerita ini sejak dua minggu lalu, atau sewaktu saya posting postingan tentang pernikahan Yessi & Deniel. Bukan tidak mau cerita, tapi memang saya belum bisa memberi waktu lebih untuk posting blog, lagian tidak enaklah ngeblog di kantor, bisa gawat kalo-kalo malah dibajak :D. Jadilah saya posting cerita ini di akhir minggu. Begini ceritanya readers:

Saya dan teman-teman[Iput, Chici, Nisa, Ulan] janjian ke Jogja untuk kondangan. Kami berangkat naek kereta ekonomi yang supermahal [Rp 100.000,00] yang notabene ekonomi AC [pake AC ruangan coba buat di gerbong, kebayang kan dinginnya kek mana!]. Lucu banget di perjalanan ini... beberapa teman yang baru perdana naek ekonomi, selain saya dan Ulan, pada protes semua. Ada yang nanyain dapet makan ga dari kereta, ada yang bilang kursinya kurang empuk, ada juga yang bilang bisa ga lampunya dimatiin. Hahaha... gimana ga ketawa saya liat mereka, maklumlah... perdana naek ekonomi, ya jelas beda ekonomi kereta indo sama bis malam. Masih jauh lebih nyaman bis malam [dulu], karena ga ada yang jualan-jualan dan bersih. Sekarang saya lumayan salut sama kereta ekonomi AC, walaupun mahal tapi lumayan deh pelayanannya, cuma kalo boleh saran mbok ya jangan naek 300% lah itu harga, tega bener sama rakyat. Ngritik dikit boleh kan ya?

Setelah riwbet di kereta, kami pesen makanan juga [mahal, masa pop mie 8000?] . Alhamdulillah... akhirnya setelah hampir 9 jam lebih kami sampai juga di Lempuyangan, stasiun kereta ekonomi Jogja. Setelah antre kamar mandi dan sholat subuh, kami duduk-duduk manis sembari membahas bagaimana caranya kami sampai ke Magelang [rumah saya,untuk nginep]. Dan Allah memang maha baik, mz telpon saya! Mz dan Dimas, Hage, dan pak sopir, Hasbi. Mereka ngajakin bareng! Sapa coba yang nolak tumpangan gratis? apalagi kalau melihat barang bawaan teman-teman, kita tu cuma dua hari kali di Jogja, barangnya seabrek kayak naek gunung aja, banyak bener deh! Ya maklumlah, mereka feminim-feminim banget sih.... Kalau saya cuma bawa tas samping, biar simple.

Anyway... akhirnya kami semobil sama mz dkk, mereka mengantarkan kami dulu ke malioboro, teman-teman pada pengin belanja dulu, dan nanti sore dijemput. Sewaktu belanja, kami kehilangan Nisa. Udah panik kita semua dia bisa-bisanya ilang. Akhirnya ketemu juga di masjid, heheh.

Setelah lama belanja kami pun meluncur ke Magelang. Masih bersama mz dkk tentunya, tebengan gratislah, ga nolak rezeki mumpung ditawarin, alhamdulillah :). Sampai di rumah langsung disambut hangat kedua orang tua. Subhanallah... kangen rumah lagi jadinya saya!

Sampai di rumah, kami langsung disambut berbagai makanan khas Magelang. Sambil ngobrol sana sini dengan orang tua saya, teman-teman saya tinggal. membantu ibu dulu di dapur. Tiba-tiba Mz bilang gini: "Eh, ana sing ketinggalan, oleh-olehe isih nang mobil." Dan iapun mengambilnya lalu diserahkan ke saya dan orang tua, sambil bilang "Iki ul ana oleh-oleh, asline meh ge omku tapi ga sido, hehehe."
Ya Alhamdulillah dikasih oleh-oleh... tapi rada speechless juga tumben amat mz ngasih oleh-oleh, buat di rumah pula, hahaha. Setelah pada tidak bisa berkata-kata, saya dan teman-teman dipanggil ibu untuk menyantap makanan yang sudah disediakan. Ga sempet saya foto, keburu laper, jadilah langsung kami makan semua. Yang aneh adalah, tumben banget Mz ga nambah, biasaya kan pemakan segala alias omnivora kalau soal makanan. Tumben seorang Esha makannya dikit banget, padahal lauknya lumayan loh, ada sambal terong, sop, kentang goreng, gurame asam manis, tempe tahu, dan kerupuk. Gara-gara yang ikhwan dikit makan terutama mz, jadi berasa aneh aja, tumben pada jaim, :D.

Setelah selesai makan, ngobrol sebentar terus ke rumah bawah tempat para akhwat nginep, yang ikhwan pada balik ke Yogyakarta. Besoknya, kami sama-sama berangkat ke akad nikahnya Yesi & Deniel. Bedanya, putri-putri dari Magelang, putra-putra dari Jogja, dan jam berangkat pun beda. Saya dan teman-teman putri berangkat naek taksi ke TKP. Sampai di sana pas banget akad nikah. Ga sempet foto karena ke kamar mandi, saya dan Iput, kalau yang lai foto sih.

Setelah akad kami menunggu jemputan, bingung mau ngapain celingukan di gedung coz agendanya masih jam11. Akhirnya kami makan lagi, setelah sarapan di rumah saya tentunya. Tepatnya makan sop ayam pak siapa ya[lupa saya], enak, murah, sedep deh rasanya. Kira-kira penampakannya seperti ini:

sop daging ayam, diampil dengan SE Aino U10i 8MP

Begitulah kira-kira kami menunggu jam kondangan. Akhirnya setelah keliling Jogja sebentar, kami pun meluncur ke gedung. Di sanalah kami silaturahim dengan teman-teman lainnya. Makan, foto-foto, salam-salaman. Yesi & Deniel tampak serasi di panggung.

Tak lupa saya sempatkan foto dengan sahabat-sahabat lama saya, Mz & Yoga! Yoga baru datang langsung dari Semarang. Makin gemuk aja dirimu, ga sempet ngobrol banyak kita ya! Maka, kami pun abadikan momen yang cuma sebentar itu dengan kamera saya, dengan pesan Yoga: nanti tunjukkin foto ini ke Kiki ya! Dia pasti kangen! [dan benar banget, waktu saya takziyah ke rumah Kiki & Mz Tora, dia langsung mbrambang alias berkaca-kaca lihat foto ini, kangen banget! Sayangnya Mz yang ngajakin saya datang malah membatalkan janji ga datang karena ada agenda!]

5mhs yang tersisa: Esha, saya, dan Yoga

Setelah semua selesai, kami belanja oleh-oleh dan pulang ke Bandung, naek kereta lagi tentunya.
Seperti itulah kira-kira cuplikan cerita perjalanan ke Jogja. Banyak hikmah yang didapat :)

2 komentar

, by Unknown

best friend

Pelajaran dan Hikmah

"Innalillahi wa inna ilaihi roji'uunn...

Telah meninggal dunia Ustad Jeffry Al-Buchory meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Semoga Amal beliau diterima di sisi Allah.... amien... [detik.com, fimadani.com, dll]"

Berita yang saya baca subuh tadi sedikit membuat shock juga. Uje yang meninggal masih cukup muda, meninggalkan bekas mendalam bagi warga Indonesia pastinya. Jadi ingat mbah Maksum Krapyak yang meninggal juga minggu kemarin kalo tidak salah. Sudah hampir semingguan ini Islam kehilangan dua ulama besar, yang satu dari kalangan pondok pesantren, yang satu dari kalangan ulama nasional. Subhanallah uje meninggal di hari Jumat, yang pada hari Jumat dijanjikan Allah surga, Amiien...

“Tidak ada seorang muslim pun yg meninggal pada hari Jum'at atau malam Jum'at, kecuali Allah akan menjaganya dari fitnah kubur.” (HR. Ahmad)

Yang lebih sedih yaitu ketika melihat ulama-ulama dipanggil duluan, apa benar hari ini semakin dekat dengan hari akhir? Karena salah satu tanda-tanda hari kiamat adalah wafatnya pemberi cahaya ilmu, terutama para ulama. Naudzubillah... Selamatkanlah kami dari siksa kubur, saya berharap sebelum kiamat datang saya dan keluarga sudah di sana, karena merugi bagi orang yang masih ada sampai hari kimat [lupa hadistnya saya :P]

Hm... Jadi ingat beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Ahad alias Minggu malam, saya dan sahabat saya sejak SD, Nindya Pramudianti, bersilaturahim setelah sekian lama sama-sama hampir 4 tahun di kota kembang tapi jarang bertemu. Bisa dihitung kami bertemu, setidaknya kurang dari sepuluh kali, parah juga ya! Sesama saudara tapi jarang saling mengunjungi, karena sama-sama sibuk. Nindya seorang calon dokter gigi yang sedang menyelesaikan ko-asnya di Unpad, sedangkan saya sekarang sudah bekerja, dulu waktu kuliah D3 atau D4 pun sok sibuk, jadi agak wajarlah kami kalau jarang bertemu. Nah... ceritanya kami berdua silaturahim sambil merefresh badan kembali,

Nindya mengajak ke Kampung Daun, jadilah kami pergi ke sana. Berangkat sore habis ashar dan sampai saja jam lima kurang. Sayangnya Nindya tidak memakai jaket, padahal kami mau ke tempat yang cukup dingin. Untung saja dia kuat, sudah sering saya bilang kalau pergi-pergi bawa jaket buat jaga-jaga. Ya maklumlah lupa, hehe.

Waktu di Kampung Daun, karena kedinginan kami minum jamu dulu. Kebetulan yang jualan simbok-simbok orang Solo, pas saya tanya harganya Rp 10.000,00. Mahal sekali dibandingkan di Magelang yang cuma Rp 2.000,00 saja. Kata Nindya, "Hitung-hitung sedekah buat simbok-simbok itu, Mb Lid." Hm... kena banget deh saya, Nindya aja bisa dengan santainya bilang begitu. Padahal kontras sekali harganya. Yah..saya belajar ga menawar harga dalam kondisi tertentu, wajar harganya segitu, jamunya bener-bener enak, jamu gendong jawa, yang cukup terkenal. Tidak seperti di Bandung ini, sangat sulit menemukan mbok jamu yang menjual jamu gendong murni tanpa campuran bahan-bahan kimia beracun. Darinya saya belajar untuk tidak tanggung-tanggung ketika bersedekah.

Akhirnya kami sempatkan foto dengan mbok jamu tadi.

ga terlalu keliatan karena sore, Nindy with mbok jamu

Dan waktu foto pun habis, kami selanjutnya segera melihat-lihat tempat mana yang cocok, keliling sampai atas kampung daun dulu lalu balik lagi pesan tempat di saung 4 alias S4, tempat yang strategis, ga terlalu ke atas dan ga bawah-bawah banget, plus dekat dengan mushola juga. Kami pun bercengkerama menceritakan masa lalu, masa kini, dan cita-cita masa depan. Sharing. Senang sekali bisa ngobrol bebas seperti itu. Waktu berasa diulang kembali bersama Nindya, semasa SD dulu. Saking asiknya bercerita kami lupa pesan makanan, sampai ada mbak-mbak nyamperin dan menanyakan mau pesan apa, hahaha... Ya akhirnya saya pesan soto kudus buat menghangatkan badan, Nindya pesan pizza, minumannya kami pesan bandrek.

Sambil menunggu makanan datang, kami lanjutkan obrolan kami sampai adzan maghrib. Setelah sholat kami menyantap makanan itu sepiring berdua, soto untuk makanan utama, pizza untuk makanan penutup. Walaupun bandreknya sudah dingin tapi tidak masalah, mericanya masih berasa di tenggorokan.

soto kudus+bandrek

Selesai makan dan ngobrol, kami pulang sekitar habis isya, rencana sholat di rumah saja biar tidak kemalaman. Sebelumnya kami sempatkan foto-foto dulu di api unggun sekalian menghangatkan badan. Setelah itu kami pulang. Dan... di perjalanan sesuatu terjadi. Baru tadi saya berdoa agar tidak terjadi apa-apa dan berucap semoga ga kena lubang, eh... langsung kena deh... Hikmahnya: ucapan adalah doa, jadi jangan ngomong aneh-aneh kalau ga mau kejadian. Alhamdulillah kami selamat, walaupun saya dan Nindya mesti jatuh dari motor. Kecelakaan yang ga terlalu parah untungnya, motor di belakang kami agak jauh jadi waktu kami jatuh ga nyerempet juga. Mobil di depan kami pun langsung berhenti. Orang-orang berdatangan dan memberi semangat, menanyakan kondisi kami. Alhamdulillah, saya masih diberi keselamatan nyawa dan Nindya juga, Alhamdulillah Allah masih sayang sama saya, memberi kesempatan saya untuk lebih hati-hati membawa motor. Tapi kecelakaan tadi wajar juga sih, jalanana di Bandung bisa dihitung yang masih mulus berapa biji, sisanya lubang dan rusak semua, motor saya saja sudah ganti ban ditambal berkali-kali. Lubang jalan di Ledeng ga tanggung-tanggung, setengah lebar jalan sendiri. Itu pun pake dalem banget lubangnya, bagi yang ga hati-hati atau ga liat seperti saya ini, bisa kena tipu. Apalagi ditambah dengan penerangan yang ga ada sama sekali, gelap. Saya jadi mikir, pemerintah ini gimana ya, jalan rusak kok dibiarin saja, petugas listrik juga gimana sih, jalan gelap bisa memicu kecelakaan seperti saya kemarin ini loh, sekalipun bawa motornya sudah pelang banget, tapi kalu di turunan ya begitu deh, udah di rempun sama saja. Hikmahnya: kalo bawa motor hati-hati, liat jalan, hindari jalan berlubang, kasih saran ke pemerintah or petugas berwenang soal jalan berlubang.

Ya... cukup berkesan silaturahim kami, ditutup dengan kecelakaan motor, jatuh karena lubang, tapi alhamdulillah kami baik-baik saja, hanya luka kecil. Allah menyayangi kami :)